Terbentuknya Awal Kepulauan Sulawesi
A.
Proses Terbentuknya Awal Kepulauan
Sulawesi
Dalam sejarah geologi yang panjang, Sulawesi terbentuk
sebagai hasil tumbukan 2 jalur daratan yang mengapung. Pembentukan daratan yang
baru membawa dampak ekologi yang unik. Setiap lempeng menempatkan jejak yang
masih dapat ditemui hingga kini. Beberapa spesies yang hidup di danau Matano (
sebuah danau di pulau Sulawesi ), seperti kepiting Parathelphusidae
memiliki kerabat dekat dengan yang ada di selat Torres Australia ; ikan Telmatherinid
masih berhubungan dengan daratan Papua ; jenis dari lempeng Pasifik terdapat
ikan Glossogobius ; dan Asia menyumbangkan ricefish. Studi di wilayah
ini menambah daftar keunikan hayati kawasan Wallacea, yang berasal dari sebuah
garis maya yang membagi wilayah fauna bagian barat dan timur melalui laut
dalam.
Berikut skema terbentuknya Pulau
Sulawesi :
1.
EOSEN
( 65-40 juta tahun yang lalu
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik
telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian
apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu
cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi
Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat
menuju Borneo ( sekarang bernama Kalimantan ). Proses tumbukan akibat apungan
lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu
daratan baru.
2.
MIOSEN
( 40-20 juta tahun yang lalu )
Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat
disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim
bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau
pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di
kedua ujung atas dan bawahnya ( daratan utara dan selatan ). Proses tektonik
berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan
jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.
3.
PLIOSEN
( 15-6 juta tahun yang lalu )
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua
daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak
hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang
telah
mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada
pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok
batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya
berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
4. PLITOSEN ( 4-2 juta tahun yang lalu
)
Pada
zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra
di laut antara Kalimantan dan Sulawesi ( sekarang dikenal dengan selat Makasar
). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi
purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi
Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa
yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter
pertahun.
B.
Keadaan Alam Pulau
Sulawesi
Sulawesi
merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia
setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan
luas daratan 174.600 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga
mawar laba-laba atau huruf K besar yang membujur dari utara ke selatan dan tiga
semenanjung yang membujur ke timur laut, timur, dan tenggara. Pulau ini
dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta
dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Sulawesi berbatasan
dengan Borneo
di sebelah barat, Filipina
di utara, Flores
di selatan, Timor
di tenggara dan Maluku
di sebelah timur.
C. Flora Dan Fauna yang ada di Pulau
Sulawesi
Alfred Russel Wallace, salah satu
peneliti Inggris yang juga bersama-sama Darwin melahirkan teori evolusi,
menjelaskan bahwa Sulawesi merupakan daerah di Indonesia dengan satwa terunik.
Setelah menjelajahi Indonesia, Wallace mengeluarkan suatu pernyataan yang
disebut garis Wallace.
Garis tersebut membusur dari Bali
dan Lombok menuju ke antara Kalimantan dan Sulawesi, sebelah selatan Philipina
dan sebelah utara Hawaii yang menandai perbedaan flora dan fauna pada daratan
yang terpisah ketika zaman es.
Sedangkan wilayah Sunda Besar yang
terdiri dari Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali, merupakan bagian paparan
Sunda dan faunanya sama dengan fauna daratan Asia. Pulau-pulau di bagian timur
Bali yang merupakan bagian daratan Australia merupakan bagian dari paparan
Sahul yang meliputi kepulauan Aru, Irian dan Australia. Dengan begitu, Sulawesi
merupakan pulau terpisah dari kedua dataran tersebut, sehingga Wallace
mengklaim Sulawesi sebagai daerah di Indonesia yang memiliki flora & fauna
tersendiri. Berikut ini adalah beberapa fauna unik tersebut.
1.
Fauna di Pulau Sulawesi
a.
Anoa
Anoa
adalah salah satu satwa endemik pulau Sulawesi. Anoa juga menjadi fauna
identitas provinsi Sulawesi Tengah. Anoa sering disebut dengan kerbau kecil,
karena memang memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya,
kira-kira sebesar kambing. Satwa yang dilindungi oleh pemerintah ini terdiri
dari dua species, yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran
rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang
jarang dijamah manusia. Jumlah anoa diperkirakan sekitar 5000 ekor dan hanya
ada di Sulawesi. Ulah manusia menghancurkan populasi Anoa, Anoa seringkali
diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
b.
Kura-Kura
Paruh Betet
Kura-Kuta
Paruh Betet merupakan salah satu dari 7 reptil langka di Indonesia, Bahkan
termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater
Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition. Bentuk
mulutnya yang meruncing menyerupai paruh Burung Betet, membuatnya dinamai
“Kura-Kura Paruh Betet”. Satwa ini tidak dapat ditemukan di tempat lain selain
di pulau Sulawesi bagian utara. Populasinya kini diperkirakan hanya mencapai
250 ekor, hal ini disebabkan oleh perburuan, penebangan kayu komersial,
pertanian skala kecil, dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit.
Minimnya populasi juga diperparah oleh rendahnya tingkat reproduksi Kura-Kura
Paruh Betet ini.
c.
Tarsius
Tarsius
adalah primata yang sangat unik. Tarsius bertubuh kecil dengan mata yang sangat
besar, bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan
otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Nama Tarsius diambil karena
mereka memiliki tulang tarsal memanjang yang membentuk pergelangan kaki mereka,
sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya.
Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian
ujungnya. Tarsius memakan serangga seperti kecoa, jangkrik, reptil kecil,
burung, dan kelelawar. Mereka hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sulawesi
Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti
Suwu, Selayar, dan Peleng.
d.
Burung
Maleo
Burung Maleo hanya bisa ditemukan di
di Pulau Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Donggala dan Kabupatren Luwuk Banggai,
Sulawesi Tengah. Burung Maleo memiliki tonjolan besar di atas kepala. Karena
tonjolannya itu, Burung Maleo bisa mendeteksi panas bumi untuk menetaskan
telurnya. Konon, Burung Maleo akan pingsan setelah mengeluarkan telurnya, ini
karena ia harus mengeluarkan telur dalam ukuran yang sangat besar, yaitu
kira-kira 5 kali lebih besar dari telur ayam kampong. Keunikan telur Burung
Maleo tersebut membuat banyak orang yang memburunya, kini Burung Maleo terancam
punah, jumlahnya diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor.
e.
Babi
rusa
Disebut
Babirusa karena hewan ini memang mirip sekali Babi, ukuran badannya jauh lebih
besar dari babi biasa. Babirusa juga punya taring panjang yang mencuat ke atas
menembus moncongnya. Satwa ini tergolong herbivora, suka sekali menyantap
buah-buahan dan tumbuhan seperti mangga, jamur dan dedaunan. Babirusa memilih
mencari makan pada malam hari, agar terhindar dari binatang buas yang sering
menyerang. Sebenarnya babi rusa termasuk hewan yang pemalu, namun akan sangat
buas jika ada yang mengganggunya. Babirusa adalah salah satu hewan langka, ia
hanya terdapat di sekitar Pulau Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan
Maluku, jumlah mereka diperkirakan hanya tinggal 4000 ekor.
f.
Kera
Hitam
Hewan
primata ini berciri khas dengan rambut berwarna hitam di sekujur tubuh kecuali
punggung dan selangkangan yang agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak
berambut, moncong lebih menonjol. Kera Hitam Sulawesi hidup pada daerah yang
berhutan atau daerah perkebunan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bogani
Nani Wartabone, Sulawesi Utara. Kera Hitam Sulawesi terkenal cerdas dan ramah,
namun sayangnya, perburuan manusia atas satwa langka itu tidak terkendali. Kera
Hitam ini diperdagangkan di sejumlah pasar di Minahasa dan Tomohon.
2.
Flora di Pulau Sulawesi
a.
Pohon Siwalan (Lontar) Identitas
Sulawesi Selatan
Pohon
Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar
(Borassus flabellifer) adalah sejenis
palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon
Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora
identitas provinsi Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya,
batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung
sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak
ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pohon Siwalan
(Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang
kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan
diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung
batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan
diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.
Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar
20-an butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna
hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna
kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.
Pohon Siwalan atau Pohon Lontar dibeberapa daerah disebut juga sebagai
ental atau siwalan (Sunda, Jawa, dan Bali), lonta (Minangkabau), taal (Madura),
dun tal (Saksak), jun tal (Sumbawa), tala (Sulawesi Selatan), lontara (Toraja),
lontoir (Ambon), manggitu (Sumba) dan tua (Timor). Dalam bahasa
inggris disebut sebagai Lontar Palm
Pohon Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer) tumbuh di
daerah kering. Pohon ini dapat dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di
Indonesia, Pohon Siwalan tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur,
Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi.
Pohon Siwalan atau Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun
dan mampu hidup hingga 100 tahun lebih.
Buahnya, terutama
yang muda, banyak dikonsumsi. Biji Lontar yang lunak ini kerap diperdagangkan
di tepi jalan sebagai “buah siwalan” (nungu, bahasa Tamil). Biji siwalan
ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es dawet
siwalan yang biasa didapati dijual didaerah pesisir Jawa Timur,
Paciran, Tuban.
Daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar
ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk
dijadikan campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai.
b.
Cempaka hutan kasar khas Sulawesi
Barat
Ternyata
kayu yang bagus buat ukiran dan bahan bangunan bukan Cuma kayu jati, cempaka
hutan kasar pun juga tak kalah bagus. Flora yang bernama latin Elmerrillia
ovalis ini adalah flora khas Sulawesi Barat . Para perajin ukiran
Toraja sangat menyukai kayu dari tanaman yang punya nama
latin lain Elmerrillia ovalis (Miq.) Dandy, Elmerrillia vrieseana
(Miq.) Dandy, Magnolia ovalis (Miq.) Figlar, Talauma ovalis Miq
., dan Talauma vrieseana Miq.
Cempaka
hutan kasar
bisa tumbuh hingga setinggi 45 meter dan berdiameter pangkal batang utamanya
sekitar 2 meter. Batangnya lurus, berbentuk silinder, berwarna coklat muda, dan
pada bagian tertentu ada kulit pohon yang mengelupas.
Daunnya
berjenis daun tunggal. Ini karena setiap tangkai daunnya hanya menyokong satu
lembar daun saja. Daun cempaka hutan kasar terdiri dari helaian daun dan
tangkai daun. Tangkai daunnya pendek berada di bagian pangkal daun. Bentuk
daunnya lonjong. Bagian permukaan bawah daunnya terdapat bulu-bulu halus yang
merata. Tulang daun cempaka hutan kasar memiliki struktur menyirip. Bagian
pangkal daun tumbuhan ini tidak bertoreh.
Bunga cempaka hutan kasar
sekilas mirip bunga kamboja. Warna mahkota bunganya kuning atau putih dengan
jumlah kelopak yang biasanya ganjil. Alat perkembangbiakannya ada di dalam
mahkota bunga. Buahnya berbentuk lonjong dengan empat biji pada setiap buahnya.
Tumbuhan ini berkembangbiak secara generatif menggunakan biji.
Pohon cempaka
hutan kasar biasa hidup di tanah dengan ketinggian 1000 m dpl. Tumbuhan
tersebut juga bisa hidup di hutan tropis. Habitat alaminya adalah daerah
dataran dengan cukup persediaan air. Wilayah persebarannya meliputi Sulawesi
dan Maluku. Tanaman yang masih berkerabat dekat dengan cempaka kuning ini,
bukan termasuk tanaman yang langka. Tanaman ini masih tersedia cukup banyak di
daerah asalnya, yaitu Sulawesi dan Maluku.
Dengan
masih cukup banyak jumlah cempaka hutan kasar , flora khas Sulawesi
Barat ini menjadi favorit para pengrajin
Comments
Post a Comment