Terbentuknya Awal Kepulauan Sulawesi




A.    Proses Terbentuknya Awal Kepulauan Sulawesi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA9XyBWUclrSLsa6eO9FpHDG2cY2ynljB12OMXAydQCWGd_NyaDwdo23pKgySH1J3orOCk5i6Hq9SJzyJiYqpTKi0CcN4VwHKhP24W4MRFtnlzi15DKm5pzOAyHeuSYAeTsu9Kd8f1p_0/s1600/3453538227_09d40616ca.jpg
Dalam sejarah geologi yang panjang, Sulawesi terbentuk sebagai hasil tumbukan 2 jalur daratan yang mengapung. Pembentukan daratan yang baru membawa dampak ekologi yang unik. Setiap lempeng menempatkan jejak yang masih dapat ditemui hingga kini. Beberapa spesies yang hidup di danau Matano ( sebuah danau di pulau Sulawesi ), seperti kepiting Parathelphusidae memiliki kerabat dekat dengan yang ada di selat Torres Australia ; ikan Telmatherinid masih berhubungan dengan daratan Papua ; jenis dari lempeng Pasifik terdapat ikan Glossogobius ; dan Asia menyumbangkan ricefish. Studi di wilayah ini menambah daftar keunikan hayati kawasan Wallacea, yang berasal dari sebuah garis maya yang membagi wilayah fauna bagian barat dan timur melalui laut dalam.


Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
1.      EOSEN ( 65-40 juta tahun yang lalu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8G5m3rl-KLw9l1xhIrkOMcvs0WfCbJnf8YgTxWNjSBwjHvmka7xF_OZxi4x3W4f0NxY3MOzLHbkn7p9kvS1jVC7TsCMFomqTYtdi8LEuDcNP8QoxGs1udqZjICMnmnrgsltyNfrxlh6I/s1600/scan0001.jpgProses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju Borneo ( sekarang bernama Kalimantan ). Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru.

2.      MIOSEN ( 40-20 juta tahun yang lalu )
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirsnAkIOYjVrHqaf1p5RwKYE7b2_lkQwa4fMDH-2WVKMMlflGmP07lY3fflAx6Y37QyVxXHerl3d6rpljJeyn1TVBS6eTo5mmoX6MWM4vMYfmJwQLz-TeEFr238_ssdjonK-VsaDwAOyA/s1600/Copy+(2)+of+scan0001.jpgPada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya ( daratan utara dan selatan ). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.

3.      PLIOSEN ( 15-6 juta tahun yang lalu )
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjujVwz1p1j2XS9QBDUbhzOSY3OVzP2AMyIFpsFa2vZ0WOSiG2UzLutZHr1wloyfnkWrcrLGPhs6emBFF_FQOTqKQ9J7f8NAfy5JPQGu1TDYxfGW25uxBOScPmaegolT2EXWAAqT3W-pAM/s1600/Copy+(3)+of+scan0001.jpg      Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang
telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.

4.      PLITOSEN ( 4-2 juta tahun yang lalu )
Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi ( sekarang dikenal dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter pertahun.


B.     Keadaan Alam Pulau Sulawesi
Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 174.600 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba atau huruf K besar yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke timur laut, timur, dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur.

C.    Flora Dan Fauna yang ada di Pulau Sulawesi
Alfred Russel Wallace, salah satu peneliti Inggris yang juga bersama-sama Darwin melahirkan teori evolusi, menjelaskan bahwa Sulawesi merupakan daerah di Indonesia dengan satwa terunik. Setelah menjelajahi Indonesia, Wallace mengeluarkan suatu pernyataan yang disebut garis Wallace.
Garis tersebut membusur dari Bali dan Lombok menuju ke antara Kalimantan dan Sulawesi, sebelah selatan Philipina dan sebelah utara Hawaii yang menandai perbedaan flora dan fauna pada daratan yang terpisah ketika zaman es.
Sedangkan wilayah Sunda Besar yang terdiri dari Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali, merupakan bagian paparan Sunda dan faunanya sama dengan fauna daratan Asia. Pulau-pulau di bagian timur Bali yang merupakan bagian daratan Australia merupakan bagian dari paparan Sahul yang meliputi kepulauan Aru, Irian dan Australia. Dengan begitu, Sulawesi merupakan pulau terpisah dari kedua dataran tersebut, sehingga Wallace mengklaim Sulawesi sebagai daerah di Indonesia yang memiliki flora & fauna tersendiri. Berikut ini adalah beberapa fauna unik tersebut.
1.      Fauna di Pulau Sulawesi
a.      Anoa
Anoa adalah salah satu satwa endemik pulau Sulawesi. Anoa juga menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi Tengah. Anoa sering disebut dengan kerbau kecil, karena memang memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Satwa yang dilindungi oleh pemerintah ini terdiri dari dua species, yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Jumlah anoa diperkirakan sekitar 5000 ekor dan hanya ada di Sulawesi. Ulah manusia menghancurkan populasi Anoa, Anoa seringkali diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
b.      Kura-Kura Paruh Betet
Kura-Kuta Paruh Betet merupakan salah satu dari 7 reptil langka di Indonesia, Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition. Bentuk mulutnya yang meruncing menyerupai paruh Burung Betet, membuatnya dinamai “Kura-Kura Paruh Betet”. Satwa ini tidak dapat ditemukan di tempat lain selain di pulau Sulawesi bagian utara. Populasinya kini diperkirakan hanya mencapai 250 ekor, hal ini disebabkan oleh perburuan, penebangan kayu komersial, pertanian skala kecil, dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Minimnya populasi juga diperparah oleh rendahnya tingkat reproduksi Kura-Kura Paruh Betet ini.
c.       Tarsius
Tarsius adalah primata yang sangat unik. Tarsius bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar, bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Nama Tarsius diambil karena mereka memiliki tulang tarsal memanjang yang membentuk pergelangan kaki mereka, sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Tarsius memakan serangga seperti kecoa, jangkrik, reptil kecil, burung, dan kelelawar. Mereka hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng.

d.      Burung Maleo
Burung Maleo hanya bisa ditemukan di di Pulau Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Donggala dan Kabupatren Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah. Burung Maleo memiliki tonjolan besar di atas kepala. Karena tonjolannya itu, Burung Maleo bisa mendeteksi panas bumi untuk menetaskan telurnya. Konon, Burung Maleo akan pingsan setelah mengeluarkan telurnya, ini karena ia harus mengeluarkan telur dalam ukuran yang sangat besar, yaitu kira-kira 5 kali lebih besar dari telur ayam kampong. Keunikan telur Burung Maleo tersebut membuat banyak orang yang memburunya, kini Burung Maleo terancam punah, jumlahnya diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor.

e.       Babi rusa
Disebut Babirusa karena hewan ini memang mirip sekali Babi, ukuran badannya jauh lebih besar dari babi biasa. Babirusa juga punya taring panjang yang mencuat ke atas menembus moncongnya. Satwa ini tergolong herbivora, suka sekali menyantap buah-buahan dan tumbuhan seperti mangga, jamur dan dedaunan. Babirusa memilih mencari makan pada malam hari, agar terhindar dari binatang buas yang sering menyerang. Sebenarnya babi rusa termasuk hewan yang pemalu, namun akan sangat buas jika ada yang mengganggunya. Babirusa adalah salah satu hewan langka, ia hanya terdapat di sekitar Pulau Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku, jumlah mereka diperkirakan hanya tinggal 4000 ekor.

f.       Kera Hitam
Hewan primata ini berciri khas dengan rambut berwarna hitam di sekujur tubuh kecuali punggung dan selangkangan yang agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak berambut, moncong lebih menonjol. Kera Hitam Sulawesi hidup pada daerah yang berhutan atau daerah perkebunan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara. Kera Hitam Sulawesi terkenal cerdas dan ramah, namun sayangnya, perburuan manusia atas satwa langka itu tidak terkendali. Kera Hitam ini diperdagangkan di sejumlah pasar di Minahasa dan Tomohon.

2.      Flora di Pulau Sulawesi
a.      Pohon Siwalan (Lontar) Identitas Sulawesi Selatan
Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.
Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.
Pohon Siwalan atau Pohon Lontar dibeberapa daerah disebut juga sebagai ental atau siwalan (Sunda, Jawa, dan Bali), lonta (Minangkabau), taal (Madura), dun tal (Saksak), jun tal (Sumbawa), tala (Sulawesi Selatan), lontara (Toraja), lontoir (Ambon), manggitu (Sumba) dan tua (Timor). Dalam bahasa inggris disebut sebagai Lontar Palm
Pohon Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer) tumbuh di daerah kering. Pohon ini dapat dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Indonesia, Pohon Siwalan tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi.
Pohon Siwalan atau Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun dan mampu hidup hingga 100 tahun lebih.
Buah Siwalan
Buahnya, terutama yang muda, banyak dikonsumsi. Biji Lontar yang lunak ini kerap diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah siwalan” (nungu, bahasa Tamil). Biji siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es dawet siwalan yang biasa didapati dijual didaerah pesisir Jawa Timur, Paciran, Tuban.
Daging buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai.
b.      Cempaka hutan kasar khas Sulawesi Barat
Ternyata kayu yang bagus buat ukiran dan bahan bangunan bukan Cuma kayu jati, cempaka hutan kasar pun juga tak kalah bagus. Flora yang bernama latin Elmerrillia ovalis ini adalah flora khas Sulawesi Barat . Para perajin ukiran Toraja sangat menyukai kayu dari tanaman yang punya nama latin lain Elmerrillia ovalis (Miq.) Dandy, Elmerrillia vrieseana (Miq.) Dandy, Magnolia ovalis (Miq.) Figlar, Talauma ovalis Miq ., dan Talauma vrieseana Miq.
Cempaka hutan kasar bisa tumbuh hingga setinggi 45 meter dan berdiameter pangkal batang utamanya sekitar 2 meter. Batangnya lurus, berbentuk silinder, berwarna coklat muda, dan pada bagian tertentu ada kulit pohon yang mengelupas.
Daunnya berjenis daun tunggal. Ini karena setiap tangkai daunnya hanya menyokong satu lembar daun saja. Daun cempaka hutan kasar terdiri dari helaian daun dan tangkai daun. Tangkai daunnya pendek berada di bagian pangkal daun. Bentuk daunnya lonjong. Bagian permukaan bawah daunnya terdapat bulu-bulu halus yang merata. Tulang daun cempaka hutan kasar memiliki struktur menyirip. Bagian pangkal daun tumbuhan ini tidak bertoreh.
Bunga cempaka hutan kasar sekilas mirip bunga kamboja. Warna mahkota bunganya kuning atau putih dengan jumlah kelopak yang biasanya ganjil. Alat perkembangbiakannya ada di dalam mahkota bunga. Buahnya berbentuk lonjong dengan empat biji pada setiap buahnya. Tumbuhan ini berkembangbiak secara generatif menggunakan biji.
Pohon cempaka hutan kasar biasa hidup di tanah dengan ketinggian 1000 m dpl. Tumbuhan tersebut juga bisa hidup di hutan tropis. Habitat alaminya adalah daerah dataran dengan cukup persediaan air. Wilayah persebarannya meliputi Sulawesi dan Maluku. Tanaman yang masih berkerabat dekat dengan cempaka kuning ini, bukan termasuk tanaman yang langka. Tanaman ini masih tersedia cukup banyak di daerah asalnya, yaitu Sulawesi dan Maluku.
Dengan masih cukup banyak jumlah cempaka hutan kasar , flora khas Sulawesi Barat ini menjadi favorit para pengrajin


























Comments

Popular posts from this blog

Contoh Proposal Makanan Khas Daerah Ubi Ungu

Contoh-Contoh Geguritan

Contoh Makalah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia