PEMBELAJARAN TEMATIK
PEMBELAJARAN
TEMATIK
PEMBELAJARAN
TEMATIK merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga
landasan, yaitu landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.
Ditinjau dari
pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau
sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan
lingkungan. Menurut Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan
belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan
belajar.”
“Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa” Depdiknas
(2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat atau
wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu
kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat
pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar
mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang
menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata
pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Pendekatan
tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran
dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema
dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran
tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak
proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah
bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Dalam
pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema
yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.
Sumber: tarmizi.wordpress.com
TANGGAPAN
Berdasarkan
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik memiliki
keunggulan bahwa pembelajaran tematik lebih berpusat pada siswa, memberikan
pengalaman langsung sesuai kebutuhan siswa, bersifat fleksibel, menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa, dapat menumbuhkan keterampilan sosial siswa serta hasil belajar akan
bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna bagi siswa.
Namun dalam implementasinya, pembelajaran tematik masih menjadi hal yang
baru dan belum sebagaimana yang diharapkan. Dalam
pembelajaran tematik guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi, namuntidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan
konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.Masih
banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Hal ini
terjadi karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik. Disamping itu
juga guru masih sulit meninggalkan
kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata
pelajaran/bidang studi.
Walaupun pembelajaran tematik dapat diterapkan pada semua kelas sekolah
dasar, namun pembelajaran tematik ini lebih cocok diterapkan pada kelas-kelas
rendah seperti kelas 1, 2, dan 3 karena siswa kelas 1, 2, dan 3 merupakan subjek yang
perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Usia mereka berada pada rentangan usia
enam sampai dengan sembilan tahun. Pada fase usia ini hampir seluruh aspek
perkembangan kecerdasan, misalnya IQ, EQ, dan SQ sedang bertumbuh dan berkembang.
Biasanya tingkat perkembangan pada anak tersebut merupakan suatu kesatuan yang
utuh (holistik) dan hanya mampu memahami hubungan antara konsep secara
sederhana. Begitu pula dalam proses pembelajaran, umumnya mereka masih
bergantung pada objek-objek yang bersifat konkret dan pengalaman yang
dialaminya secara langsung (secara empiris).
Comments
Post a Comment