PENGAMATAN TENTANG KEBAHASAAN DAN KEBUDAYAAN JAWA DI DAERAH ASAL
Penggunaan Bahasa Jawa oleh Anak-Anak sampai Remaja
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Jawa yang persebarannya berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta beberapa daerah lain seperti beberapa daerah di Jawa Barat dan Sumatra. Persebaran bahasa Jawa di luar Jawa Timur dan Jawa Tengah terjadi utamanya karena terjadi migrasi penduduk Jawa ke daerah-daerah tersebut.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang saya lakukan, penggunaan bahasa Jawa di daerah asal saya yaitu tepatnya di Desa Tanjungsari, Kutowinangun masih menjadi bahasa utama untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Penggunaan Bahasa Jawa antara Anak-Anak dengan Anak-Anak
Anak-anak di Desa Tanjungsari, Kutowinangun masih banyak yang menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Namun bahasa Jawa yang digunakan yaitu bahasa Jawa ngoko, hal ini terjadi karena sejak kecil mereka telah diajarkan oleh orang tua mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko. Bahasa Jawa ngoko dipandang sebagai bahasa yang mudah diajarkan kepada anak-anak.
Seiring dengan perkembangan zaman, ada juga orang tua yang mengajarkan anak-anak mereka dengan bahasa Indonesia sejak balita, sehingga anak-anak menganggap sulit jika berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Anak-anak seperti ini biasanya berasal dari keluarga yang orang tuanya masih muda atau orang tuanya bekerja di luar Jawa, sehingga mereka diajari dengan bahasa Indonesia, padahal kenyataannya mereka tinggal dan bersekolah di Jawa. Memang suatu kebanggan ketika mempunyai anak yang bisa berbahasa Indonesia atau bahkan berbahasa Inggris dengan lancar di usia dini. Tetapi tidak seharusnya kita lupa untuk mengajarkan bahasa daerah kita kepada anak-anak. Yang terjadi, justru mereka melupakan bahasa daerahnya beserta fungsi-fungsinya. Mereka tidak mau tahu tentang apa fungsi bahasa daerah dari sisi yang lain.
Meskipun demikian masih ada anak-anak yang menggunakan bahasa Jawa krama dalam kesehariannya baik terhadap sesamanya maupun terhadap orang tua atau orang yang lebih tua. Tetapi jumlahnya sangat sedikit. Biasanya anak-anak itu berasal dari keluarga seorang pendidik, kyai, atau keluarga yang masih sadar atas pentingnya penggunaan bahasa Jawa krama yang mengandung nilai-nilai kesopanan, keramahan, dan penghormatan masyarakat Jawa.
Pengguaan Bahasa Jawa antara Anak-Anak dengan Orang Tua atau Orang yang Lebih Tua
Pengguaan bahasa Jawa antara anak-anak dengan orang tua atau orang yang lebih tua di Desa Tanjungsari, Kutowinangun masih ada yang menggunakan bahasa Jawa ngoko, namun umumnya sudah menggunakan bahasa Jawa ngoko alus atau campuran dengan bahasa Jawa krama yang umum digunakan seperti “nggih, mboten, sampun, dereng”. Biasanya ketika anak-anak mulai berinteraksi dengan orang yang lebih tua, orang tua mereka mulai mengajari bahasa Jawa krama.
Penggunaan Bahasa Jawa antara Remaja dengan Remaja
Para remaja yang tinggal di Desa Tanjungsari, Kutowinangun umumnya masih menggunakan bahasa Jawa ngoko ketika berkomunikasi dengan sesama remaja di daerahnya. Namun ketika mereka berkomunikasi dengan sesama remaja di lingkungan sekolah, banyak dari mereka berbicara dengan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa. Fenomena itu terjadi karena para remaja tersebut mungkin merasa malu dan gengsi ketika di era globalisasi seperti sekarang ini masih saja menggunakan bahasa daerah. Bahkan, tidak jarang remaja yang beranggapan bahwa menggunakan bahasa Jawa adalah kuno. Tidak jarang juga dicampur dengan bahasa Inggris atau bahasa alay misalnya kata “thank’s, please, keles, masbuloh,” dll.
Penggunaan Bahasa Jawa antara Remaja dengan Orang Tua atau Orang yang Lebih Tua
Meskipun para remaja yang tinggal di Desa Tanjungsari, Kutowinangun masih menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan sesama remaja, namun ketika mereka berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang lebih tua umumnya sudah menggunakan bahasa Jawa krama, walaupun terkadang masih campuran dengan bahasa ngoko. Hal ini terjadi karena kebiasaan penggunaan bahasa Indonesia di sekolah, perkembangan media dan teknologi, atau bahkan pembelajaran bahasa Jawa yang kurang maksimal ketika bersekolah.
Untuk remaja yang bersekolah di SMA atau sederajat biasanya unggah ungguh bahasa Jawanya sudah mulai baik ketika mereka berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang lebih tua.
Bahasa memang berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Oleh karena itu bahasa Indonesia memang harus diajarkan atau digunakan dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Tetapi kita harus ingat bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Dan setiap suku bangsa memiliki bahasa sendiri yang juga akan menjadi simbol atau ciri khas dari suku bangsa tersebut. Lebih-lebih bahasa Jawa, selain menjadi ciri khas bahasa Jawa juga mempunyai fungsi yang lain. Fungsi tersebut berkaitan dengan tingkat kesopanan manusia. Di dalam bahasa Jawa terdapat beberapa tingkatan, mulai dari ngoko, ngoko halus, krama halus, krama inggil dan seterusnya. Dari tingkatan-tingkatan tersebut akan menunjukkan tingkat kesopanan masyarakat Jawa.
Penggunaan Bahasa Jawa oleh Orang Dewasa atau Orang Tua
Penggunaan bahasa Jawa oleh orang dewasa atau orang tua di Desa Tanjungsari, Kutowinangun biasanya memperhatikan dengan siapa lawan bicara mereka. Ketika mereka berkomunikasi dengan kerabat dekat mereka yang masih sebaya dengan mereka, umumnya menggunakan bahasa Jawa ngoko. Tetapi ketika mereka berkomunikasi dengan orang yang tidak begitu dekat dengan mereka ataupun orang yang kedudukannya lebih tinggi dari mereka seperti ketua RT, Kepala Desa, dll pasti mereka akan menggunakan bahasa Krama. Biasanya mereka beranggapan bahwa jika menggunakan bahasa ngoko ketika berkomunikasi dengan kerabat dekat mereka, mereka merasa lebih akrab.
Bahasa Jawa krama inggil juga selalu digunakan sebagai bahasa pengantar dalam suatu kegiatan atau acara-acara di masyarakat, seperti acara tasyakuran khitanan, pernikahan, acara kematian, dll.
Penggunaan Bahasa Jawa di Lingkungan Keluarga
Penggunaan bahasa Jawa di lingkungan keluarga di Desa Tanjungsari, Kutowinangun justru berkebalikan dengan penggunaan bahasa Jawa di masyarakat. Kebanyakan mereka justru menggunakan bahasa Jawa ngoko ketika berkomunikasi di lingkungan keluarga. Mereka menganggap bahasa Jawa ngoko itu praktis dan mudah digunakan. Meskipun masih ada keluarga tertentu yang menggunakan bahasa Jawa krama ketika berkomunikasi di lingkungan keluarga, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Padahal lingkungan keluarga itu merupakan lingkungan pertama seseorang melakukan interaksi, sehingga Orang tua hendaknya jeli dalam memilih bahasa penghubung yang layak bagi komunikasi antara orang tua dan anak, sehingga dapat terjalin iklim komunikasi yang sehat bagi keduanya. Karena iklim yang sehat dari keluarga ini yang akan dibawa anak keluar rumah nantinya.
Ketika ayah dan ibu membiasakan anaknya menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dalam pergaulan sehari-hari tanpa memberikan pembelajaran unggah-ungguh berbahasa Jawa. Penerimaan sosial anak menjadi kurang sopan, tidak ada rasa sungkan/hormat kepada orang tua, dan cenderung nakal di luar rumah. Kebiasaan dan pengharapan di dalam keluarga yang berbahasa Jawa Ngoko ini cenderung membuat anggota keluarga bertindak kasar, dan anak memiliki sikap yang kurang beretika.
Penggunaan bahasa Jawa krama di dalam komunikasi keluarga membuat kedudukan antara anak dengan orang tua menjadi semakin jelas, bahwa orang tua merupakan sosok yang lebih tinggi kedudukannya daripada anak, harus dihormati dan disegani. Anak menjadi lebih sungkan dan hormat kepada orang tua serta wibawa orang tua akan terjaga dengan baik di hadapan anak-anaknya.
Penggunaan Bahasa Jawa antara Orang yang Lebih Muda terhadap Orang yang Lebih Tua
Penggunaan bahasa Jawa antara orang yang lebih muda terhadap orang yang lebih tua di Desa Tanjungsari, Kutowinangun umumnya sudah menggunakan unggah-ungguh berbahasa Jawa dengan baik, mereka merasa perlu menghormati orang-orang yang lebih tua dari mereka misalnya dengan menyebut “njenengan atau sampeyan” ketika memanggilnya. Bahkan ketika mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa ngoko pun dengan orang yang dekat dengan mereka, mereka akan memanggil dengan sebutan “njenengan atau sampeyan”dan menggunakan bahasa seperti “kondur, tindhak”, dll untuk menghormatinya. Namun sebagian besar sudah menggunakan bahasa Jawa krama ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua.
Comments
Post a Comment